Sabtu, 16 Maret 2013

LIBRARY for RAKYAT :)



Kemaren tanggal 11 Maret 2013 , prodi aku yaitu ILMU PERPUSTAKAAN ngadain kuliah umum, dimana yang jadi pemateri nya adalah Bapak Blasius Sudarsono, Ibu Afia Rosdiana, dan Mbak Ratih Rahmawati dengan moderator Bapak eksis : Bapak Anis Masruri, M.Si
Pengen tau hasil dari diskusi kuliah umum kemaren ?? bacalah :
AFIA ROSDIANA
Paradigma perpustakaan salah dua nya adalah lebih banyak terdapat teori tentang perpustakaan bukan action nya, dan banyak artikel-artikel  yang belum berbahasa Indonesia.
Banyak yang mengatakan TBM itu bukan perpustakaan. Apakah benar demikian? Bu Afi mengatakan bahwa beliau bukan seorang pustakawan, karena berdasarkan buku Pak Blasius seorang pustakawan bukan hanya menurut SK Menpan.
Ibu afi mulai menjelaskan bahwa perpus umum emang berada di kota jogja, tp taman bacaan seperti cakruk pintar , taman aksara ada di sleman. Tetapi ada yg berbeda yaitu kebijakan dan pendampingan di wilayah jogja n sleman ini.
Apa sih bedanya tbm ma perpus masyarakat?
TBM itu milik dinas, dan berkembang dan didirikan oleh induknya dari Kementrian pendidikan Nasional , sedangkan perpus masy. Itu dibawahnya TBM itu sendiri . .
Trus di  Jogja, 197 TBM di Jogja ditawari mau memakai nama perpustakaan atau TBM? Jawabannya milih TBM krn  bantuan lebih banyak dari Depdiknas . walaupun TBM dan perpus masy tujuannya saman yaitu mengembangkan literasi masy.
Buku pak Blasius [dialog 1] mengacu pada perpus umum, sdgkn [dialog 2] mengacu pada perpustakaan dan kepustakawanan]
Kata Ibu afi, Belajar ILMU PERPUSTAKAAn bukan hanya belajar ttg pengelolaan aja, tp jg belajar cara mengembangkan buku tersebut agar minat baca masy dpt bertambah
Buku tsb jg memberikan  nuansa yang lain tentang perpus, bkn hny tt bagian teknis nya aja, buku itu jg ada dialog yang saling berkaitan
“ orang yang meminjamkan buku kepada orang lain = bodoh; orang yang mengembalikan buku kepada yg punya = tolol . Intinya buku adalah sangat penting.
RATIH RAHMAWATI
Menulis bukan hanya ttg kontennya aja tp gimana cara berkolaborasi dgn generasi penerus seperti bapak blasius yang sudah mempunyai jam terbang tinggi.

BLASIUS SUDARSONO
Awalnya pustakawan jarang menulis,  sejak itu lah masa penantian dimulai. Setiap tahun tidak pernah ada yg merespon ajakan beliau buat nulis. Akhirnya tahun 2012, ratih mantap menulis dgn pak blasius.
Obsesi dlm buku : Pustakawan dan restoran.
Finally: library is librarian! , yg dibelakang perpustakaan ya pasti pustakawan krn pny jiwa/ruh kepustakwanan.
Kaitannya dgn perpus ya mengacu pada 2 tujuan kemerdekaan  : kesejahteraan umum, kecerdasan kehidupan bangsa.
Perpus /TBM bukan tujuan akhir namun hanya antaran.
Pilar kepustawakanan ada 4:
·        1 .  Kepustakawanan haru mjd panggilan hidup bukan pandangan hidup,
·       2.   Kepustakawan mjd sprit of life
·        3.  Kepustakawanan adalah karya pelayanan
·        4. Kepustakawanan dilaksanakan dgn profesional. Profesional tidak sama berhubungan dengan finansial yang diterima.
Jika diibaratkan mata uang, kepustakawanan bisa dilihat dari satu koin. Kepustakawanan lebih dekat dengan kemampuan, memahami yang mau daripada yang mampu.
Kemauan ; walau belum mampu akan mencari
Kemampuan ; mampu tp tidak ada kemauan à selesai
Kemampuannya apa aja:  pustakawan harus critical thinking, membaca ( bukan hny teks tp al-qu’an[membaca dunia] ), menulis, kemampuan intrepreneur, dan etika.
Interaksi kemauan – kemampuan : bright – rich – right
Pemahaman terhadap pustakawan itu sendiri melalui pendekatan sistem, fungsi ruang waktu, bilangan tiga
Buku Perpustakaan untuk rakyat tersebut mengadaptasi buku Sri Sultan HB IX yang berjudul Tahta untuk Rakyat. Kita perlu berfikir secara sareh, yaitu cerdas dan hening. Perpustakaan adalah jalan sunyi dan berdaki, penuh penantian dan harapan.

“Ini kuliah umum bukan kuliah umum biasa karena pemateri bukan orang biasa, panitia orang pilihan dan tentunya audience yang sekarang masi biasa tp someday bakal menjadi luar biasa . Library is librarian! \m/ “
:D
Lestari puji Rahayu