Kemaren tanggal 11 Maret 2013 ,
prodi aku yaitu ILMU PERPUSTAKAAN ngadain kuliah umum, dimana yang jadi
pemateri nya adalah Bapak Blasius Sudarsono, Ibu Afia Rosdiana, dan Mbak
Ratih Rahmawati dengan moderator Bapak eksis : Bapak Anis Masruri, M.Si
Pengen tau hasil dari diskusi
kuliah umum kemaren ?? bacalah :
AFIA ROSDIANA
Paradigma perpustakaan salah dua
nya adalah lebih banyak terdapat teori tentang perpustakaan bukan action nya,
dan banyak artikel-artikel yang belum
berbahasa Indonesia.
Banyak yang mengatakan TBM itu
bukan perpustakaan. Apakah benar demikian? Bu Afi mengatakan bahwa beliau bukan
seorang pustakawan, karena berdasarkan buku Pak Blasius seorang pustakawan
bukan hanya menurut SK Menpan.
Ibu afi mulai menjelaskan bahwa
perpus umum emang berada di kota jogja, tp taman bacaan seperti cakruk pintar ,
taman aksara ada di sleman. Tetapi ada yg berbeda yaitu kebijakan dan
pendampingan di wilayah jogja n sleman ini.
Apa sih bedanya tbm ma perpus
masyarakat?
TBM itu milik dinas, dan
berkembang dan didirikan oleh induknya dari Kementrian pendidikan Nasional ,
sedangkan perpus masy. Itu dibawahnya TBM itu sendiri . .
Trus di Jogja, 197 TBM di Jogja ditawari mau memakai
nama perpustakaan atau TBM? Jawabannya milih TBM krn bantuan lebih banyak dari Depdiknas .
walaupun TBM dan perpus masy tujuannya saman yaitu mengembangkan literasi masy.
Buku pak Blasius [dialog 1]
mengacu pada perpus umum, sdgkn [dialog 2] mengacu pada perpustakaan dan
kepustakawanan]
Kata Ibu afi, Belajar ILMU
PERPUSTAKAAn bukan hanya belajar ttg pengelolaan aja, tp jg belajar cara
mengembangkan buku tersebut agar minat baca masy dpt bertambah
Buku tsb jg memberikan nuansa yang lain tentang perpus, bkn hny tt
bagian teknis nya aja, buku itu jg ada dialog yang saling berkaitan
“ orang yang meminjamkan buku
kepada orang lain = bodoh; orang yang mengembalikan buku kepada yg punya =
tolol . Intinya buku adalah sangat penting.
RATIH RAHMAWATI
Menulis bukan hanya ttg kontennya
aja tp gimana cara berkolaborasi dgn generasi penerus seperti bapak blasius
yang sudah mempunyai jam terbang tinggi.
BLASIUS SUDARSONO
Awalnya pustakawan jarang
menulis, sejak itu lah masa penantian
dimulai. Setiap tahun tidak pernah ada yg merespon ajakan beliau buat nulis.
Akhirnya tahun 2012, ratih mantap menulis dgn pak blasius.
Obsesi dlm buku : Pustakawan dan
restoran.
Finally: library
is librarian! , yg dibelakang perpustakaan ya pasti pustakawan
krn pny jiwa/ruh kepustakwanan.
Kaitannya dgn perpus ya mengacu
pada 2 tujuan kemerdekaan :
kesejahteraan umum, kecerdasan kehidupan bangsa.
Perpus /TBM bukan tujuan akhir
namun hanya antaran.
Pilar kepustawakanan ada 4:
· 1 .
Kepustakawanan haru mjd panggilan hidup bukan
pandangan hidup,
· 2.
Kepustakawan mjd sprit of life
· 3.
Kepustakawanan adalah karya pelayanan
· 4. Kepustakawanan dilaksanakan dgn profesional.
Profesional tidak sama berhubungan dengan finansial yang diterima.
Jika diibaratkan mata uang,
kepustakawanan bisa dilihat dari satu koin. Kepustakawanan lebih dekat dengan
kemampuan, memahami yang mau daripada yang mampu.
Kemauan ; walau belum mampu akan
mencari
Kemampuan ; mampu tp tidak ada
kemauan à
selesai
Kemampuannya apa aja: pustakawan harus
critical thinking, membaca ( bukan hny teks tp al-qu’an[membaca dunia] ), menulis,
kemampuan intrepreneur, dan etika.
Interaksi kemauan – kemampuan : bright – rich –
right
Pemahaman terhadap pustakawan itu
sendiri melalui pendekatan sistem, fungsi ruang waktu, bilangan tiga
Buku Perpustakaan untuk rakyat tersebut mengadaptasi buku Sri Sultan HB
IX yang berjudul Tahta untuk Rakyat. Kita perlu berfikir secara sareh, yaitu
cerdas dan hening. Perpustakaan adalah jalan sunyi dan berdaki, penuh penantian
dan harapan.
“Ini
kuliah umum bukan kuliah umum biasa karena pemateri bukan orang biasa, panitia
orang pilihan dan tentunya audience yang sekarang masi biasa tp someday bakal menjadi luar biasa . Library is librarian! \m/ “
:D
Lestari puji Rahayu